Beberapa orang mungkin bertanya seperti ini "Apa gunanya matematika?" atau "Apa hubungan antara matematika dan fisika?" Yah, kadang-kadang matematika datang lebih dulu. Terkadang fisika yang datang lebih dulu. Namun tak jarang juga mereka datang bersama-sama dan oleh karenanya, tentu saja, matematika ada gunanya.
Sebagai contoh, tahun 1600 Isaac Newton mengajukan pertanyaan sederhana: "Jika sebuah apel jatuh maka apakah bulan juga jatuh?" Ini mungkin salah satu pertanyaan terbesar yang pernah ditanyakan oleh anggota Homo sapiens sejak nabi Ibrahim. "Jika apel jatuh, apakah bulan juga jatuh?"
Isaac Newton mengatakan ya, bulan jatuh karena Hukum Kuadrat Terbalik (Inverse Square Law), begitu pula apel. Artinya saat itu Newton memiliki teori terpadu tentang alam, tetapi ia tidak memiliki matematika untuk memecahkan masalah bulan jatuh. Lalu apa yang dia lakukan? Dia menemukan kalkulus. Jadi kalkulus merupakan konsekuensi langsung dari pemecahan masalah bulan jatuh. Bahkan biasanya ketika kita belajar kalkulus untuk pertama kalinya, hal pertama yang kita lakukan dengan kalkulus adalah menghitung gerakan benda jatuh, yang persis bagaimana Newton menghitung bulan jatuh, yang membuka mekanika langit.
Jadi dalam kasus Newton, ini adalah situasi di mana matematika dan fisika hampir seperti kembar siam, lahir bersama-sama untuk menjawab pertanyaan yang sangat praktis, yaitu "Bagaimana kita menghitung gerakan benda langit?"
Kemudian datang Einstein mengajukan pertanyaan yang berbeda dan lebih mendalam, "Apa sifat dan asal gravitasi?" Einstein mengatakan bahwa gravitasi hanyalah produk sampingan dari ruang yang melengkung. Jadi, mengapa kaki kita menginjak bumi, dan bukan melayang? Orang saat itu akan mengatakan karena gravitasi menarik manusia ke bumi, namun Einstein mengatakan "Tidak, ... tidak, .. tidak, ... tidak ada hal seperti tarikan gravitasi, bumi telah melengkungkan ruang di sekitarnya, sehingga ruang akan mendorong manusia hingga menginjak bumi". Jadi ringkasnya Einstein mengatakan, gravitasi tidak menarik, tapi ruang lah yang mendorong. Namun struktur ruang dan waktu yang mendorong, membutuhkan kalkulus diferensial. Itu adalah bahasa permukaan melengkung, kalkulus diferensial, yang kita pelajari di tahun kedua di perguruan tinggi.
Jadi sekali lagi, di sini adalah situasi di mana matematika dan fisika terkait sangat erat, tapi kali ini matematika datang lebih dulu. Teori matematika tentang permukaan melengkung datang lebih dulu, atau telah ada (tersedia) sebelum Einstein mengemukakan teori gravitasinya. Einstein mengambil teori permukaan melengkung matematika dan kemudian mengimpornya ke dalam fisika.
Ternyata 100 tahun yang lalu matematika dan fisika berpisah. Yaitu di sekitar waktu yang sama saat Einstein mengusulkan relativitas khusus nya pada tahun 1905, saat itu juga waktu kelahiran topologi, topologi dari obyek-obyek hiper-dimensi, dalam 10, 11, 12, 26, atau berapapun dimensi yang kita inginkan, sehingga fisika dan matematika berpisah. Matematika akhirnya berkutat ke hyperspace dan ibaratnya matematikawan berkata pada kelompoknya, "Aha, akhirnya kita telah menemukan bidang matematika yang tidak memiliki aplikasi fisik apapun!". Matematikawan bangga menjadi tidak berguna. Mereka senang menjadi tidak berguna. Dan mereka mengatakan hal yang paling berguna dari semua matematika adalah teori topologi diferensial dan dimensi yang lebih tinggi.
Nah, fisikawan juga asik berkutat dengan aplikasi fisika selama beberapa dekade. Seperti bom atom sinar laser dan lain-lain. Tetapi baru-baru ini para fisikawan menemukan teori dawai (string), dan teori dawai ada di dimensi hyperspace 10 dan 11. Tidak hanya itu, ini adalah dimensi super. Mereka super simetris. Sebuah jenis baru dari bilangan yang tidak pernah dibicarakan dalam matematika berkembang dalam teori dawai. Mereka menyebutnya "Teori Dawai Super (Super String Theory)." Nah, matematikawan pun terkejut karena apa yang muncul tiba-tiba dari fisika adalah matematika baru, bilangan super, topologi super, geometri diferensial super.
Tiba-tiba fisika memiliki teori Super Simetri yang muncul dari fisika yang kemudian merevolusi matematika, sehingga tujuan fisika untuk menemukan persamaan yang menyatukan semua kekuatan (gaya) di alam mungkin tinggal sebentar lagi tercapai. Dan ini memungkinkan kita untuk membaca "Pikiran Tuhan". Dan kunci untuk mencapai itu adalah Super Simetri, simetri yang muncul dari fisika, bukan matematika, dan telah mengejutkan dunia matematika. Tapi seperti yang dapat kita lihat, semua itu adalah matematika murni sehingga dapat disimpulkan bahwa Tuhan adalah matematikawan. Kita (para ahli teori SuperString) percaya bahwa "Pikiran Tuhan" adalah musik kosmik, musik dari dawai yang beresonansi melalui dimensi hyperspace 11.
____________________________________________________________________________________________________
Catatan AMJG: Istilah "Pikiran Tuhan" diatas hanyalah hyperbola dari seorang ahli hyperspace, Michio Kaku. Dan menurut AMJG, teori terpadu untuk seluruh gaya di alam semesta masih jauh (lama) untuk dicapai. Manusia (para ilmuwan) baru mengetahui sedikit tentang sifat-sifat fisis alam semesta, masih banyak yang belum diketahui ...
Dan Allah adalah Tuhan semua ilmu. Ilmu Allah tak hanya matematika, bahkan jika lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat (ilmu-ilmu) Allah, maka tidak akan cukup meskipun ditambah tujuh lautan lagi ...
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (QS Al Kahfi:109)
Subhanallahi 'Ammaa Yashifuun
Baca Juga:
0 Response to "Apakah Tuhan adalah Matematikawan?"
Post a Comment