Danau Diatas dan Danau Dibawah
Terletak di pinggir jalan raya Padang-Muaralabuh-Kerinci, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Di kawasan ini terdapat dua danau yaitu danau yang bernama Danau di Atas dan danau yang bernama Danau di Bawah.
Jika dari Pasar Simpang, di sini ada dua simpang, simpang di kanan dengan jalan menurun merupakan jalan ke Danau Diatas, di mana danaunya terlihat dengan jelas karena berada di bawah.
Sedangkan simpang lainnya yang berada di kiri merupakan jalan mendaki. Jalan ini menuju Danau Dibawah. Nama kedua danau yang kontradiktif dengan lokasinya ini, sering membuat pengunjung bertanya, kenapa danau yang terletak di atas bukit dinamakan Danau Dibawah, sedangkan yang berada di bawah bukit atau di bawah jalan dinamakan Danau Diatas.
Itu karena meski terletak di atas bukit, ketinggian permukaan air Danau Dibawah sama tingginya dengan dasar danau Danau Diatas.
Danau Diatas dengan luas 17,20 meter persegi, panjang 6,25 km dan lebar 2,75 km, permukaan airnya berada pada ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (m dpl). Danau ini cukup dangkal, dengan bagian terdalam hanya 44 meter.
Sedangkan permukaan air Danau Dibawah berada pada ketinggian 1.566 mdpl. Artinya, permukaan airnya sama tinggi dengan dasar air Danau Diatas. Namun, danau yang memiliki luas 16.90 meter persegi, panjang 5,62 km dan lebar 3,00 km ini sangat dalam, yaitu 886 meter.
Danau ini juga disebut sebagai kawasan Danau Kembar karena kedua danau terletak berdampingan yang jaraknya hanya sekitar 300 meter. Kita bisa membuktikan kemiripan kedua danau dengan menaiki puncak bukit di antara Danau di Atas dan Danau di Bawah. Bukit tersebut masih bagian dari Bukit Barisan. Untuk berkeliling Danau di Atas, wisatawan bisa ikut kapal motor antar nagari yang biasa digunakan petani setempat. Tapi untuk Danau di Bawah, wisatawan tidak bisa berkeliling naik kapal.
Danau Pagaralam
Danau yang satu ini lain daripada yang lain. Bila biasanya air danau berwarna jernih, hijau atau biru maka di Danau Pagaralam ini airnya berwarna merah darah. Danau Pagaralam berlokasi di perbukitan Raje Mandare, di perbatasan antara Kota Pagaralam dan Kaur, Propinsi Bengkulu.
Danau seluas 6 hektar ini ditemukan pada tahun 2010 oleh masyarakat sekitar dan sempat membuat heboh karena warna airnya yang tak biasa itu. Ada hal unik mengenai air danau ini. Walau berwarna merah darah, namun saat kita mengambil airnya dengan tangan atau wadah maka airnya berwarna seperti air pada umumnya. Menurut warga sekitar, pada malam hari di lokasi sekitar danau ini akan tercium aroma pandan.
Keunikan lain yang ditawarkan Danau Pagaralam tidak hanya sebatas itu. Satwa yang ada di sekitar Danau Pagaralam pun juga mempunyai keunikan tersendiri, seperti ditemukannya kelabang raksasa dengan lebar 30 cm dan panjang 50 cm, kerbau memiliki sarang lebah di telinganya, beberapa burung terlihat memiliki ukuran yang cukup besar. Walaupun mempunyai penampakan yang tidak lazim, namun hewan-hewan tersebut tampak jinak.
Di sekitar danau terdapat banyak sisa-sisa bangunan yang diyakini sebagai sisa candi dari sebuah kerajaan di masa lampau. Hingga saat ini masih berlanjut penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog mengenai hal tersebut.
Keberadaan obyek wisata yang menawarkan keunikan dan kemistisan ini patut kamu kunjungi bagi kamu yang menyukai tantangan. Kenapa? Karena lokasi Danau Pagaralam tergolong sangat sulit ditempuh. Persiapkan fisik dan perlengkapan sebelum menuju Danau Pagaralam. Sebaiknya membawa rekan yang berpengalaman dalam menjelajah hutan jika kamu sama sekali belum berpengalaman dalam menjelajah hutan karena untuk mencapai Danau Pagaralam kamu harus menyusuri hutan yang panjang.
Danau Kakaban
Danau Kakaban, adalah air laut yang terperangkap di Pulau Kakaban, Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, ditambah dengan air dari dalam tanah dan air hujan sejak 2 juta tahun lalu. Danau Kakaban merupakan danau prasejarah yaitu zaman peralihan Holosin. Luasnya sekitar 5 km², berdinding karang terjal setinggi 50 meter, yang mengakibatkan air laut yang terperangkap tidak lagi bisa keluar, menjadi danau.
Karena perubahan dan evolusi yang cukup lama oleh air hujan dan air tanah, air danau ini kemudian menjadi lebih tawar dibandingkan laut yang ada di sekitarnya. Perubahan ini berdampak juga pada adaptasi fauna laut yang ada di dalam danau itu. Ubur-ubur misalnya, karena terbatasnya makanan, akhirnya beradaptasi dengan melakukan simbiose mutualistis dengan algae. Algae adalah penghasil makanan dan harus memasak makanan dengan bantuan sinar matahari. Selama ribuan tahun danau di tengah laut ini tentu saja menciptakan suatu ekosistem tersendiri yang sangat unik. Danau kakaban saat ini merupakan habitat dari empat spesies ubur-ubur yang tidak menyengat. Nah, satu-satunya tempat dengan spesies ubur-ubur serupa di bumi adalah di Palau, Kepulauan Micronesia.
Danau Labuan Cermin
Danau Labuan Cermin terletak dekat dengan desa Batu Putih, kecamatan Biduk-biduk, Berau Kalimantan Timur.
Danau ini memiliki pemandangan alam yang indah dan suasana yang masih alami, dengan airnya yang begitu biru, mengkilap seperti cermin, tak heran danau ini juga disebut Mirror Lake karena orang dapat melihat refleksi di atasnya.
Hal yang membuat danau Labuan Cermin berbeda dari danau kebanyakan adalah bahwa danau ini memiliki dua jenis air, yaitu air tawar dan air asin, dan kedua jenis air ini tidak bercampur. Inilah yang dikenal dengan fenomena Haloklin.
Tidak hanya itu, dua jenis organisme air juga hidup di Danau ini.
Ikan air tawar hidup di permukaan Danau sedangkan ikan air asin hidup di dasar danau, karena kedua jenis air tidak bercampur. Batas air laut dan air tawar ini terlihat seperti awan lapisan di dalam danau. Lapisan yang seperti lumpur putih di danau diduga hasil dari dekomposisi organisme yang terjebak. Ketebalan lapisan air tawar dan air asin dapat berubah sesuai dengan pasang surut air laut.
Tapi pesona dan keindahan yang terletak di Labuan Cermin, kini mulai terganggu dengan kegiatan logging di sekitar danau yang mulai mengganggu kehidupan ekosistem dan kualitas air di lokasi.
Danau Satonda
Danau Satonda terletak di tengah pulau Satonda dan termasuk wilayah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Dua ilmuwan Eropa bernama Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak meneliti Danau Satonda pada tahun 1984, 1989 dan 1996. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa Satonda adalah fenomena langka karena airnya yang asin dengan tingkat kebasaan (alkalinitas) sangat tinggi dibandingkan air laut umumnya. Keduanya berpendapat, basin Satonda muncul bersamaan dengan terbentuknya kawah tua yang berumur lebih dari 10.000 tahun lalu.
Berkaitan efek letusan Gunung Tambora, keberadaan danau air asin di kawah Satonda adalah salah satu dampak yang unik dan menarik untuk dikaji. Kawah Satonda menyerupai angka delapan dengan diameter masing-masing 950 meter (sebelah Selatan) dan 400 meter (sebelah Timur). Danau purba ini terbentuk dari letusan Gunung Satonda beribu-ribu tahun lalu. Gunung api Satonda konon berumur lebih tua dari Gunung Tambora, atau tumbuh bersamaan dengan beberapa gunung api parasit yang tersebar di sekeliling Tambora. Danau yang terbentuk di kawah Satonda dulunya terisi air tawar; letusan Gunung Tambora yang mengakibatkan tsunami mengantar air laut mengisi kawah tersebut dan mengubahnya menjadi danau air asin hingga hari ini
Danau Sentarum
Danau unik atau aneh lainnya adalah Danau Sentarum. Danau ini terletak di sebelah cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari muara yang menuju Laut China Selatan. Sebenarnya danau ini adalah daerah hamparan banjir (lebak lebung /floodplain). Karena letaknya berada di tengah-tengah jajaran pegunungan, kawasan ini menjadi daerah tangkapan hujan.
Danau Sentarum merupakan danau musiman. Saat musim penghujan Komplek Danau Sentarum akan terendam air akibat aliran air dari pegunungan di sekelilingnya dan dari luapan Sungai Kapuas. Tapi saat musim kemarau, Danau Sentarum menjadi hamparan kering dan terkadang ditumbuhi rumput seperti padang golf. Danau atau padang?
Danau Kelimutu
Taman Nasional Kelimutu merupakan taman nasional terkecil dari enam taman nasional di Bali dan Nusa Tenggara. Akan tetapi, ukuranya tidak begitu penting ketika Anda menyaksikan keindahan alam yang ditawarkan taman nasional ini. Di sini terdapat tiga danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu, ketiga danau tersebut memiliki nama yang sama dan popular dikenal sebagai Danau kelimutu. Setiap danau memiliki warna dan arti masing-masing. Ketiga danau itu diyakini merupakan tempat bersemayamnya roh-roh dan juga diyakini memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.
Ada danau-danau lain di dunia ini yang airnya dapat berubah warna, namun semuanya dapat diprediksi. Sedangkan perubahan warna air Danau Kelimutu tidak dapat diprediksi. Kadang-kadang, warnanya bisa biru, hijau dan hitam dan lain waktu bisa berwarna putih, merah dan biru dan beberapa waktu yang lalu berwarna coklat tua.
Secara ilmiah perubahan warna Danau Kelimutu merupakan faktor kandungan mineral, lumut dan batu-batuan di dalam kawah dan juga pengaruh cahaya Matahari. Para ilmuwan yakin bahwa danau ini terbentuk dari erupsi gunung vulkanik pada zaman purba. Fenomena ini telah menarik perhatian para ahli geologi karena keberadaan danau yang memiliki tiga warna yang berbeda namun berada di gunung yang sama ini. Masyarakat lokal di Moni, yakin bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar danau telah berbuat jahat dan meninggal.
Baca Juga:
Dari berbagai sumber
0 Response to "8 Danau Unik di Indonesia"
Post a Comment