Raja Ampat Regency is a new regency which separated from Sorong Regency in 2004. It encompasses more than 40,000 km² of land and sea, which also contains Cenderawasih Bay, the largest marine national park in Indonesia. It is a part of the newly named West Papua (province) of Indonesia which was formerly Irian Jaya. Some of the islands are the most northern pieces of land in the Australian continent.
HISTORY
The name of Raja Ampat comes from local mythology that tells about a woman who finds seven eggs. Four of the seven eggs hatch and become kings that occupy four of Raja Ampat biggest islands whilst the other three become a ghost, a woman, and a stone.
History shows that Raja Ampat was once a part of Tidore Kingdom, an influential kingdom from Maluku. Yet, after the Dutch invaded Maluku, it was shortly claimed by the Netherlands. The main occupation for people around this area is fishing since the area is dominated by the sea. They live in a small colony of tribes that spreads around the area. Although traditional culture still strongly exists, they are very welcoming to visitors. Their religion is dominantly Christian.
GEOGRAPHY
The oceanic natural resources around Raja Ampat give it significant potential as a tourist area. Many sources place Raja Ampat as one of their top ten most popular places for diving whilst it retains the number one ranking in terms of underwater biodiversity.
According to Conservation International, marine surveys suggest that the marine life diversity in the Raja Ampat area is the highest recorded on Earth. Diversity is considerably greater than any other area sampled in the Coral Triangle composed of Indonesia, Malaysia, Philippines, Papua New Guinea, Solomon Islands, and East Timor. The Coral Triangle is the heart of the world's coral reef biodiversity, making Raja Ampat quite possibly the richest coral reef ecosystems in the world.
The area's massive coral colonies along with relatively high sea surface temperatures, also suggest that its reefs may be relatively resistant to threats like coral bleaching and coral disease, which now jeopardize the survival of other coral ecosystems around the world. The Raja Ampat islands are remote and relatively undisturbed by humans.
The high marine diversity in Raja Ampat is strongly influenced by its position between the Indian and Pacific Oceans, as coral and fish larvae are more easily shared between the two oceans. Raja Ampat's coral diversity, resilience, and role as a source for larval dispersal make it a global priority for marine protection.
1,508 fish species, 537 coral species (a remarkable 96% of all scleractinia recorded from Indonesia are likely to occur in these islands and 75% of all species that exist in the world), and 699 mollusk species, the variety of marine life is staggering. Some areas boast enormous schools of fish and regular sightings of sharks, such as wobbegongs.
Although accessing the islands is not that difficult, it takes some time. It takes six hours flight from Jakarta, the capital city of Indonesia to Sorong. Then, taking a boat to reach the islands is necessary.
If you are already a seasoned diver or you are new to diving but have the budget and the desire to experience scuba diving to its utmost pleasure then you have to visit the famous “Four Kings”.
You would be crazy do scuba dive here and not bring your underwater camera! What a spectacular view you will miss to document if you didn’t bring your camera with you. Diving insurance can also protect and cover your camera as well, saving you thousands of dollars in case something unwanted happens to your camera underwater.
Truly, the Raja Ampat is one of today’s most exciting places to take a vacation and dive to your hearts content with memories that you will remember through out your life.
______________________________________________________________________________________________________
Bahasa Indonesia:
Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.
ASAL USUL
Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.
MASARAKAT
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Kekayaan Sumber Daya Alam
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.
Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Wobbegong
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Peninggalan Prasejarah dan Sejarah
Di kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.
ANCAMAN
Kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya adalah karena aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom, sianida dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).
Indahnya Indonesia
Baca Juga:
Source: Wikipedia
0 Response to "Raja Ampat Islands"
Post a Comment